Akhir-akhir ini orang-orang di rumah sering membahas masa lalu. Entahlah mungkin orang-orang ini tergolong orang-orang yang susah move on. Dikit-dikit bahas masa lalu, dikit-dikit mengenang, dikit-dikit laper, dikit-dikit makan, dikit-dikit tidur. Ya Akhirnya dikit-dikit waras. #dipecatjadianggotakeluarga
Sebernernya kenangan-kenangan yang diceritakan oleh ibu saya
atau kakak saya sudah sangat sangat sangat sering saya dengar, bahkan ketika
diceritakan saya akan tahu kata apa yang akan keluar selanjutnya. Saking
seringnya. Tapi entah mengapa saya tidak pernah bosan untuk mendengarnya, dan
rasanya ingin dibahas lagi-lagi. Mungkin ini menandakan kalau saya orangnya
juga susah move on. Basing lu dah!
Serah! *kipas-kipas kenangan*
Efek samping dari banyaknya suapan cerita-cerita masa lalu
yang teramat sering, saya jadi tahu kalau ternyata dulu saya adalah orang yang hemhemhem. Bahkan sampe saya SMA saya
tetep hemhemhem. Menurut saya sih ini
aib, tapi akan menyenangkan jika cerita ini dibagi kepada para pembaca setia
(yakali kek ada aja) sehingga senantiasa
saya akan dihina dan dihujat secara elok dan sedikit manja. Ya gitulah
pokoknya.
Ternyata dari kecil saya memang sudah ditakdirkan sebagai
adik yang gimana gitu terhadap kakak-kakaknya. Saya punya dua kakak dan
semuanya perempuan. Dibandingkan semua kakak saya, bisa dibilang kalau saya ini
yang paling terbelakang. Saking terbelakangnya, kalau jalan bareng saya pernah
diculik Troll dan mau dimakan. Tapi untung ada Harry Potter dan kedua
sahabatnya dan dibantu dengan seorang Hobbit; Bilbo Baggins yang datang hanya
untuk menyelamatkan saya. Setelah kejadian itu kami jadi bersahabat baik dan
Troll pun mati. Meskipun demikian, saya tetap paling yang terbelakang.
Selain kisah penculikan, bukti keterbelakangan saya adalah
saya tidak bisa berenang :(
Bahkan adik saya yang umurnya jauh dibelakang saya bisa
berenang :(
Sedih banget ya Allah kalau mengingat hal ini :(
Bahkan ubak saya melarang keras untuk bermain di laut.
Walaupun sekarang saya udah kuliah. Selalu ini yang diingatkan :(
Kakak dan adik saya semuanya jago berenang, saya liat air di
kali aja udah jerit-jerit :(
Mungkin hal ini disebabkan masa lalu saya yang pernah
terbawa arus air. Sedih banget yaa :(
Bukannya dikasihani sudah kanyut, eee ibu saya malah
marah-marahin saya :(
Kisah ini terjadi sekitar umur saya 3-4 tahunan. Kayaknya
sih gitu. Ibu saya sangat senang menceritakan ini. Semenjak kejadian ini saya
jadi takut nyentuh air. (((takut nyentuh air)))
Kebeneran, rumah saya berada diseberang BEKA atau BK atau
apalah saya gak tau gimana nulisnya. BK ini adalah sungai yang sangat panjang
yang ada di kota saya. Susah deh ngejelasinnya. Sudah menjadi rahasia umum
kalau beka ini juga jadi tempat umum. Ada yang nyuci, ada yang mandi, ada yang
mancing, dan banyak lagi. Nah di sinilah saya kanyut. Tapi itu dulu, dulu
sekali.
Dulu kakak-kakak saya ini keluar rumah terus, main terus, ya
deket-deketnya mandi di beka lah sampe pulang-pulang matanya merah. Rasa iri
pun muncul sedikit. Di rumah, saya selalu bersama Nani. Nani adalah adiknya
ubak saya. Ada sejarah yang sangat panjang kenapa saya bisa panggil beliau
Nani. Pokoknya Nani ini selalu melarang saya untuk keluar rumah, apalagi mandi
di beka. Pokoknya dilarang keras. Ini faktor karena saya yang paling disayang
kali ya. Pernah suatu hari saya sangat sedih karena kakak-kakak, sepupu-sepupu,
dan tetangga-tetangga semuanya beramai-ramai mandi di beka, saya hanya tinggal
sendiri. Saya sampai menangis mau ikut, tapi apalah daya Nani melarang saya.
Saya pun sangat sedih. Hingga Nani berkata seperti ini,
“Dek biarin aja
kakak-kakak mandi lama-lama di beka, biar nanti diculik sama siluman air.” Begitulah
ucapan Nani yang saya ingat sampe sekarang.
“Apa iya ni?” jawab
saya sambil menitikkan air mata bahagia.
“Iyalah. Kalau
keseringan mandi di beka nanti diliatin sama siluman air, terus silumannya suka
dan diculik dan dijadiin anaknya. Liatlah tiap pulang mata kakak-kakak selalu
merah. Itu artinya udah mau mati.” Jelas Nani yang membuat kebahagiaan saya
memuncak. Kan jahat banget yaa. HHH.
Jadi setiap kakak-kakak saya berenang, pikiran saya mulai
memikirkan hal-hal yang berbahaya dan tidak pantas untuk ukuran anak seperti
saya waktu itu. Doa yang buruk selalu terpikir oleh saya. Dan saya juga selalu bahagia
jika kakak-kakak saya pulang berenang dan dimarahin. Huuuuuu pokoknya bahagia
banget ><
Namun usia semakin memakan kami, dan sayapun mulai melupakan
hal itu. Kakak-kakak juga sudah besar dan gak pernah mandi di beka lagi. Dan
saya ya tetep gak bisa berenang. Mahaha.
Cerita selanjutnya yang selalu diungkit-ungkit adalah
perihal sisir. Kisah ini terjadi ketika saya sudah SD kelas 3/2an kalau gak
salah. Saya suka sekali menyisir rambut siapapun. Bahkan Misha teman beruangnya
Masha pernah saya sisirin. Waktu itu
kakak saya yang pertama, Kak Windy sedang guling-guling. Dengan membawa sisir
segeralah saya hampiri. Langsung deh saya pegangin rambutanya saya
sisir-sisirin deh. Gak tau apa yang ada dipikiran saya, sisir pun saya
main-mainkan di rambutnya. Saya bolak-balik, uwel-uwel, obrak-abrik seolah main
salon-salonan. Anehnya kak Windy tidak risih dan tidak merasa sakit, bahkan
diam saja sambil ngobrol sama Mbak Tum yang waktu itu sedang bekerja di rumah.
Setelah selesai model super modern
rambut kakak saya, saya pun puas. *standing
applause*
Lalu apa yang terjadi setelah itu? Saya akan melepaskan
sisirnya dan akan mencari korban baru.
Namun, sisirnya nyangkut dan gak bisa
lepas :(
Otomatis saya heboh dan mukulin palak kak Windy karna sisirnya
gak mau lepas. Kak Windy pun penasaran dengan apa yang terjadi. Ternyata
sisirnya gak bisa copot! Rambutnya terlalu berantakan! Rambutnya mengikat
sisirnya dengan kuat! Dan beliau pun marah-marah sama saya. Saya hanya bisa
bengong dan meratapi kesalahan saya. Tapi saya tidak merasa bersalah. Lah
gimanalah.
Mbak Tum mencoba untuk membantu melepaskan sisir dari kepala
Kak Windy, namun tetep gak bisa. Yang ada malah palak kak Windy sakit karena serasa
dijambak-jambak. Karena diapa-apain gak bisa, maka keputusan akhir pun dibuat,
rambutnya digunting! HAHAHA. Rambut kak Windy pun digunting oleh mbak Tum. Kak
Windy pun menangis dan menatap saya dengan penuh kebencian. Mungkin waktu itu
dia berharap saya diculik beneran sama Troll.
Cerita terakhir yang selalu dibahas terjadi ketika saya
sudah SMA kelas X. Dan saya masih suka gak percaya, kok saya kayak gini sih.
Jadi, sejak dulu saya emang udah suka update film. Kebeneran kak Windy udah kuliah. Jadi kalau dia pulang
saya suka minta dioleh-olehin kaset film bajakan. Kak Windy selalu membawakan
setiap dia pulang ke rumah. Namun pada suatu saat, saya nitip suatu kaset yang
emang masih bener-bener baru rilis dan bajakannya belum ada. Tapi waktu itu
saya gak ngerti. Jadi kak Windy pun pulang tanpa membawa apa-apa. Saya obrak-abrik
tasnya dan yang saya harapkan pun tidak ada. Saya pun kecewa
berat-seberat-beratnya. Saya mendiamkan kak Windy. Saya menghindarinya
seharian. Saking galaunya, saya berdiam diri di kamar berselimut tebal dan
kadang-kadang meneteskan air mata.
Ketika magrib akan tiba, ibupun masuk ke
kamar. Saya pun langsung mengelap air mata. Ibupun mengampiri dan
bertanya-tanya. Segera beliau mengecek keadaan saya apakah saya sakit atau
tidak. Kok daritadi gak keluar kamar, gak makan, hanya diam dan murung. Pertanyaan
ibu tidak ada yang saya jawab. Hanya gelengan saja yang bisa saya lakukan. Ibupun
langsung keluar dan berdiskusi denga Kak Retno, kakak kedua saya. Ibu menyuruh
kak Retno masuk ke kamar, ibu kira kalau kak Retno yang bertanya keadaan akan
berubah. Ternyata memang berubah!
Kak Retno masuk dan saya langsung menutup badan dengan
selimut sampe kepalak-palak. Kak Retno pun bertanya,
“Yen kamu kenapa?” Hanya
gelengan dengan wajah di dalam selimut yang bisa saya berikan.
“Ngomong. Cerita.
Nanti kamu setres loh.” Sumpah kata-kata ini membuat saya tidak tahan dan
takut. Akhirnya saya membuka selimut dan mulai mengeluarkan kata-kata. Sambil
meneteskan air mata sayapun bilang,
“Kak Windy gak beliin
kaset huuuaaaaaa…..” Tangis pun meledak. Kak Retno diam sesaat dan kemudian
langsung meledak jugalah tawanya. Dia segera keluar kamar sambil terbahak-bahak
sedangkan saya malah nangis sejadi-jadinya. Mereka memang tidak mengerti. Mereka tidak bisa merasakan apa
yang saya rasakan. Akhirnya kak Windy pun minta maaf dan menjelaskan bahwa dia
sudah berkeliling-keliling mencari tapi memang gak ada karna memang filmnya
yang baru. Tapi saya tetap sedih sampai akhirnya ubak saya mengajak jalan-jalan
tanpa mengajak kakak-kakak saya dan hanya ngajak adik saya. Kami pun jalan-jalan
sambil menghampri semua toko kaset yang dilewati meskipun saya tahu bahwa kaset
itu tidak akan ditemukan. Akhirnya seperti biasa, ubak membelikan es krim
sebagai ajang nyogok agar tidak bersedih lagi. Ya dulu saya emang suka disogok
biar berenti nangis. Uang sepuluh ribu rupiah dan es krim lah yang mampu
menenangkanku sejak aku kecil. Contohnya kalau pulang sekolah gak dijemput
biasanya saya nangis dan cuma bisa diem kalau dikasih duit. Kan kasian banget
:(((
Setelah beli eskrim yang banyak hanya untuk saya dan adek
saya dan banyak jajan lainnya, kami pun pulang dengan kondisi mata yang masih
agak sembab. Karena saya kasian melihat wajah kakak-kakak yang nampaknya sangat
berharap dikasih es krim saya pun membagi eskrim kepada mereka. Kurang baik apa
coba saya sebagai adik.
Ya kurang-lebih begitulah cerita yang sangat sering
diulang-ulang. Sebenarnya masih banyak, banyak bangettt. Semoga kisah nyata di
atas bisa bermanfaat bagi nusa bangsa dan para pembaca. Diakhir tulisan ini
saya akan memberi kesimpulan dari kisah saya bahwa kisah saya ini tidak ada
kesimpulannya.
Terimakasih.