Akhir-akhir ini di sini sering banget ujan. Gue mau tidur, hujan. Gue bangun, hujan. Gue mau keluar beli makan, hujan. Gue mau berangkat kuliah, hujan berenti. Di situ kadang gue merasa sedih. Tapi yang namanya hujan harus selalu disyukuri, karena kita tau sendiri kalau hujan itu adalah berkah dan rahmat dari Allah yang mungkin ada rezeki untuk kita dari setitik hujan yang turun dari langit itu. #TsahDalemSiapaYangNgajarinGue
Terinspirasi dari hujan yang sering menghampiri hari-hari gue saat ini, terciptalah tulisan satu ini. Ya, tentang suatu kisah yang terjadi saat Hujan. Gue suka banget salah satu quote-nya Bob Marley tentang hujan yang satu ini,
Jadi kalau ujan, kamu masuk golongan yang mana? Yang cuma basah aja, apa yang jadi baper? Kalau gue, dua-duanya. Kadang-kadang aja sih sebenernya.
Heeeemm di atas tadi udah gue sindir kalau gue bakal buat cerita yang gak tau kenapa gue suka banget sama cerita ini. Bukan kisah gue sih, ini pure dari khayalan gue dan sedikit terinspirasi dari kisah guewaktu masih bahagia sama kamu.Yeee ini mah sama aja dengan curhat~ Dan gue benci sama diri gue sendiri ketika gue inget kisah ini. #Abaikan
Sebut saja Dian, siswa SMA kelas XI yang sedang rajin-rajinya ikutan les sampe sore di sekolah cuma biar bisa ketemu (re: ngeliatin) kakak kelas XII (yang pasti laki-laki) yang juga ikut les karena wajib, sebut saja dia Diya.
Berikut adalah identitas Dian yang (tidak) detail,
Nama : Dian Aja Boleh
Hobi : Kangen sama kamu
Motto : - Kurus amat, mas? Sini aku bahagiain.
- Negur aja gak berani, gimana mau ngajak poto bareng?
Yang satu ini, identitas Diya yang pasti juga sangat (tidak) detail,
Nama : Kayaknya Diya Leh Uga
Hobi : Jadi ganteng
Motto : Maaf, aku terlalu baik buat kamu.
Jadi cerita bermula saat.......
Hari senin sampe kamis Dian selalu rajin ikut les yang diadakan oleh sekolahnya secara rutin setiap akhir semester genap. Les ini hukumnya sunah untuk para siswa kelas X dan XI namun fardu'ain untuk siswa kelas XII dengan alasan untuk menghadapi ujian. Dengan dukungan dari orang tua dan adanya kakak kelas yang dikagumi dan disukai dan dijatuhcintai oleh Dian maka ikutlah Dian les ini.
Saat berangkat sekolah, jam istirahat, pulang sekolah, dan waktu lespun Dian selalu berdoa semoga bisa ngeliat si Diya. Moodnya akan langsung berubah kalau udah liat Diya. Seneng banget pokoknya, gak bisa diungkapin pake kata-kata. Masalah suka-sukaan ini hanya Dian dan beberapa temannya sajalah yang tau. Yap, Dian sedang berada dalam masalah suka diam-diam.
Suatu sore sepulang les yang mana cuacanya mendung, Dian sedang menunggu jemputan di depan sekolah. Dian sudah khawatir jikalau hari hujan dan jemputan belum juga datang. Teman-temannya perlahan habis meninggalkannya. Ada yang jalan kaki, bawa motor, dan dijemput duluan. Dian cuma bisa tersenyum melihat teman-temannya meninggalkannya dalam keaddaan mendung begini. Hari semakin sore dan jemputan pun belum datang. Langit pun semakin gelap, awan hitam pun semakin hitam. Hanya tinggal Dian dan beberapa orang yang sedang menunggu jemputan. Jalanan mulai sepi, dan parkiran sekolah pun mulai sepi.......
Eh wait wait wait!!!!....
Ternyata Dian menangkap sesosok yang Subhanallah ganteng banget (menurut Dian, liat aja potonya di atas) di parkiran. Dia sedang ngobrol sama seorang temannya. Ntah apa yang mereka obrolkan sampe hari sudah gelap dan semendung ini belum juga mau beranjak meninggalkan parkiran.
Eh wait wait wait!!!!....
Dian dikagetkan dengan sosok yang tidak asing yang mendekatinya. Lengkap dengan helm dan jaket. Dan motor yang pasti.
Dian gak tau harus seneng apa seneng banget dalam keadaan seperti ini. Baru pertama ini dia ngobrol sama orang yang dia sukai hampir dua semester. Dan sekalinya ngobrol, dia sudah tau siapa Dian. "Dian anak IPA 3" How could you know? You stalked me? Or you knew that I had like you for this long long long time? Lagi-lagi Dian ngobrol sama dirinya sendiri dalam hati.
Damn, selain tau nama gue dia juga tau rumah gue.
Perjalanan motor dari rumah Dian ke sekolah hanya 5 - 7 menit jika jalanan normal. Yah cukup dekat namun lumayan gempor untuk jalan kaki. Dan rumah Diya terletak di belakang sekolah. Yap, sangat dekat kalau jalan kaki. Namun harus muter-muter jika bawa kendaraan. Di perjalanan Dian dan Diya tidak banyak bicara. Namun tidak terlalu diam juga. Slow but sure lah haha. Senengnya Dian udah gak ketahan lagi.
Eh wait wait wait!!!!....
Hujan pun turun di tengah perjalanan. Diya pun langsung melipir ke pinggir jalan untuk berteduh sebentar karena hujan yang lumayan deras. Mereka berteduh di sebuah warung kecil yang kebeneran sedang tutup. Tidak hanya ada mereka di warung itu yang sedang berteduh. Dian benar-benar tidak menyangka akan melalui kisah seperti ini bersama orang yang sangat dan selalu ia kagumi. Hujan-hujanan bareng.
Ketika hujan sudah tidak terlalu deras lagi.....
Tak terasa sampailah di rumah Dian. Dengan sedikit basa-basi, Diya langsung pulang. Sebelum pulang, Diya memakai kembali jaketnya, menggunakan helm, dan yang pasti kaca matanya; thing that made Dian mad of him. Diya pun pulang dan hilang dari pandangan Dian dengan cuaca yang masih hujan. Dan baru kali ini Dian pulang sekolah tidak menangis karna tidak dijemput. Dan itu yang membuat Dian selalu baper ketika hujan turun.
And what happen with them later? It was secret.
---------------------------------------------
Selesai lah kisah gue. Haha. Gue senyum-senyum aja nih selama bikin ini cerita. Jujur, ini emang kisah gue ><
Terinspirasi dari hujan yang sering menghampiri hari-hari gue saat ini, terciptalah tulisan satu ini. Ya, tentang suatu kisah yang terjadi saat Hujan. Gue suka banget salah satu quote-nya Bob Marley tentang hujan yang satu ini,
Jadi kalau ujan, kamu masuk golongan yang mana? Yang cuma basah aja, apa yang jadi baper? Kalau gue, dua-duanya. Kadang-kadang aja sih sebenernya.
Heeeemm di atas tadi udah gue sindir kalau gue bakal buat cerita yang gak tau kenapa gue suka banget sama cerita ini. Bukan kisah gue sih, ini pure dari khayalan gue dan sedikit terinspirasi dari kisah gue
Sebut saja Dian, siswa SMA kelas XI yang sedang rajin-rajinya ikutan les sampe sore di sekolah cuma biar bisa ketemu (re: ngeliatin) kakak kelas XII (yang pasti laki-laki) yang juga ikut les karena wajib, sebut saja dia Diya.
Berikut adalah identitas Dian yang (tidak) detail,
Nama : Dian Aja Boleh
Hobi : Kangen sama kamu
Motto : - Kurus amat, mas? Sini aku bahagiain.
- Negur aja gak berani, gimana mau ngajak poto bareng?
Yang satu ini, identitas Diya yang pasti juga sangat (tidak) detail,
Nama : Kayaknya Diya Leh Uga
Hobi : Jadi ganteng
Motto : Maaf, aku terlalu baik buat kamu.
Jadi cerita bermula saat.......
Hari senin sampe kamis Dian selalu rajin ikut les yang diadakan oleh sekolahnya secara rutin setiap akhir semester genap. Les ini hukumnya sunah untuk para siswa kelas X dan XI namun fardu'ain untuk siswa kelas XII dengan alasan untuk menghadapi ujian. Dengan dukungan dari orang tua dan adanya kakak kelas yang dikagumi dan disukai dan dijatuhcintai oleh Dian maka ikutlah Dian les ini.
Saat berangkat sekolah, jam istirahat, pulang sekolah, dan waktu lespun Dian selalu berdoa semoga bisa ngeliat si Diya. Moodnya akan langsung berubah kalau udah liat Diya. Seneng banget pokoknya, gak bisa diungkapin pake kata-kata. Masalah suka-sukaan ini hanya Dian dan beberapa temannya sajalah yang tau. Yap, Dian sedang berada dalam masalah suka diam-diam.
Suatu sore sepulang les yang mana cuacanya mendung, Dian sedang menunggu jemputan di depan sekolah. Dian sudah khawatir jikalau hari hujan dan jemputan belum juga datang. Teman-temannya perlahan habis meninggalkannya. Ada yang jalan kaki, bawa motor, dan dijemput duluan. Dian cuma bisa tersenyum melihat teman-temannya meninggalkannya dalam keaddaan mendung begini. Hari semakin sore dan jemputan pun belum datang. Langit pun semakin gelap, awan hitam pun semakin hitam. Hanya tinggal Dian dan beberapa orang yang sedang menunggu jemputan. Jalanan mulai sepi, dan parkiran sekolah pun mulai sepi.......
Eh wait wait wait!!!!....
Ternyata Dian menangkap sesosok yang Subhanallah ganteng banget (menurut Dian, liat aja potonya di atas) di parkiran. Dia sedang ngobrol sama seorang temannya. Ntah apa yang mereka obrolkan sampe hari sudah gelap dan semendung ini belum juga mau beranjak meninggalkan parkiran.
"Alhamdulillah rezeki anak soleh di sore hari dengan langit yang mendung begini. Adem banget." ucap Dian dalam hati setelah melihat penampakan Diya.Tak mau lama-lama melihat ke arah parkiran, Dian kembali fokus menunggu jemputan dan tiba-tiba....
Eh wait wait wait!!!!....
Dian dikagetkan dengan sosok yang tidak asing yang mendekatinya. Lengkap dengan helm dan jaket. Dan motor yang pasti.
"Kok kamu belum pulang?" Tanya Diya langsung yang membuat Dian breathless dan merasa sedang bermimpi.
"Hah?" jawab Dian bingung sambil menoleh ke kanan-kiri-belakang apakah ada orang lain yang diajak Diya ngobrol.
"Saya?" tanya Dian balik sambil menunjukkan jarinya ke dirinya sendiri.
"Iyalah kamu, siapa lagi? Kamu Dian anak IPA 3 kan? Kok belum pulang udah mau ujan gini?" kali ini Diya bertanya sambil ketawa kecil akibat tingkah Dian. Ya Allah ganteng banget!!!!Aaaaaaaaaaaakkk ><
Dian gak tau harus seneng apa seneng banget dalam keadaan seperti ini. Baru pertama ini dia ngobrol sama orang yang dia sukai hampir dua semester. Dan sekalinya ngobrol, dia sudah tau siapa Dian. "Dian anak IPA 3" How could you know? You stalked me? Or you knew that I had like you for this long long long time? Lagi-lagi Dian ngobrol sama dirinya sendiri dalam hati.
"Hehe iya, kak. Saya Dian IPA 3. Ini lagi nunggu jemputan, kak. Gak tau nih gak dijemput-jemput padahal mau ujan." Dian menjelaskan apa yang terjadi padanya sambil sedikit gugup dan salah tingkah. Maklum.
"Yaudah yuk saya anter pulang aja. Nanti keburu gelep dan ujan kamu sendirian di sini. Rumah kamu di daerah Tanah Merah III, kan? Saya pernah liat kamu di situ." sebuah pertanyaan yang membuat Dian rasanya mau cari sumur dan jerit sekuat-kuatnya di lobang sumur.
"Hehe iya rumah saya di daerah situ, kak. Tapi saya gak bawa helm....."
"Udah tenang aja. Nanti saya gak pake helm juga. Biar kita sama."What?!!!! Kitaaaa????!!!!!!
Damn, selain tau nama gue dia juga tau rumah gue.
"Yok buruan naik, nanti keburu ujan."
"Eeeeemmm iya, kak, iyaaaa...." Dian langsung duduk di belakang kakak tingkat yang paling dia kagumi itu dengan sedikit keraguan.Ya Allah udah ganteng, pinter, baik bangeeeettt. Dian berasa mimpi bisa diboncengin Diya. Girls, what do yo feel if this happen to you, huh? Extremely amazing!
Perjalanan motor dari rumah Dian ke sekolah hanya 5 - 7 menit jika jalanan normal. Yah cukup dekat namun lumayan gempor untuk jalan kaki. Dan rumah Diya terletak di belakang sekolah. Yap, sangat dekat kalau jalan kaki. Namun harus muter-muter jika bawa kendaraan. Di perjalanan Dian dan Diya tidak banyak bicara. Namun tidak terlalu diam juga. Slow but sure lah haha. Senengnya Dian udah gak ketahan lagi.
Eh wait wait wait!!!!....
Hujan pun turun di tengah perjalanan. Diya pun langsung melipir ke pinggir jalan untuk berteduh sebentar karena hujan yang lumayan deras. Mereka berteduh di sebuah warung kecil yang kebeneran sedang tutup. Tidak hanya ada mereka di warung itu yang sedang berteduh. Dian benar-benar tidak menyangka akan melalui kisah seperti ini bersama orang yang sangat dan selalu ia kagumi. Hujan-hujanan bareng.
Ketika hujan sudah tidak terlalu deras lagi.....
"Kita mau lanjut?" tanya Diya.
"Heeemm terserah, kak. Boleh, kok. Kakak pake aja helmnya biar kepalanya gak keujanan." saran Dian dari hati, bukan sok perhatian.
"Ohiya, kamu mau pake helm?" tawar Diya balik.
"Hah enggak, kak. Kakak aja yang pake kan kakak yang bawa motor."
"Yaudah, kalo gitu kamu yang pake jaketnya, ya...." Diya melepaskan jaketnya dan memberikannya pada Dian.
"Eh gak usah kak gak usaaah. Kakak aja yang pakee. Rumah saya kan tinggal deket lagi." tolak Dian.
"Yaudah kalo gitu jaketnya dimasukin tas aja, ya." Diya pun memasukkan jaket yang baru saja ditawarkan ke Dian ke dalam tasnya."Aaaaakk tasnya rapi bangeettt. Beda banget sama tas gueee!!!" tanpa sengaja Dian melihat isi tas Diya saat Diya memasukkan jaketnya. Isi tas Diya emang rapi banget. Buku dari yang terbesar ke yang terkecil disusun dengan sangat teratur dengan buku yang paling besar berada paling belakang dan seterusnya. Kertas-kertaspun tak ada di dalam tasnya. Sangat-sangat berkebalikan dengan tasnya Dian.
"Loh kak kok jaketnya malah dimasukin ke tas?" tanya Dian penasaran.
"Ya kamunya gak mau pake. Masak saya pake kamu gak pake. Lebih baik kita berdua gak ada yang pake. Kan adil kalo gitu." Subhanallah! Dian speechless. The most 'not really romantic' words that Dian would ever not be forget.
"Hehehe......" Dian cuma bisa hehehe membalas ucapan Diya.
"Yaudah yok naik." Diya siap mengendarai motornya lagi dan yang pasti tanpa jaket dan helm masih tetap tidak dipakai.Mereka berdua pun melewati jalan sambil hujan-hujanan meskipun hujannya gak terlalu deras. Tapi tetep aja basah.
"Dian, tolong pegangin kaca mata saya, ya. Kena air jadi susah nih ngeliat jalannya." Diya melepas dan memberikan kacamatanya pada Dian dan sambil terus mengendarai motor.Dian pun menerima kacamatanya dengan sangat-sangat senang hati dan merasa bersalah dan tidak enak hati.
Tak terasa sampailah di rumah Dian. Dengan sedikit basa-basi, Diya langsung pulang. Sebelum pulang, Diya memakai kembali jaketnya, menggunakan helm, dan yang pasti kaca matanya; thing that made Dian mad of him. Diya pun pulang dan hilang dari pandangan Dian dengan cuaca yang masih hujan. Dan baru kali ini Dian pulang sekolah tidak menangis karna tidak dijemput. Dan itu yang membuat Dian selalu baper ketika hujan turun.
And what happen with them later? It was secret.
---------------------------------------------
Selesai lah kisah gue. Haha. Gue senyum-senyum aja nih selama bikin ini cerita. Jujur, ini emang kisah gue ><
0 komentar:
Posting Komentar