"Dek bangunlah solat subuh! Sudah mau habis waktunya!"
Itulah ocehan yang setiap pagi selalu kuterima ketika aku berada di rumah. Tak terhitung berapa kali ia sanggup berkata hal yang sama seperti itu setiap pagi. Tak pernah lelah ia ingatkan dan membangunkan meskipun harus lima kali. Memang akunya yang tidak tahu diri, kalau tidak dibangunkan tidak mau bangun padahal memang susah bangun. Tapi itu adalah ocehan favoritku saat ini, saat aku jauh darinya. Saat sudah sangat jarang aku mendengar keluar dari mulutnya. Ocehan yang selalu kurindu. Ocehan terhebat dan terindah yang pernah kudengar di dunia ini. Ocehannya ketika menyuruhku makan juga selalu sama. Mungkin aku yang terlalu suka mendengarnya kali ya, sampe-sampe dia nyuruh sarapan itu harus kurang lebih lima kali nyuruh dulu baru aku bangkit dan makan Uhh, aku sangat merindukannyaaa.
Ketika untuk pertama kalinya aku akan jauh darinya, dia mengantarku. Ketika aku akan pergi ke tempat tinggal baruku dia juga selalu ada, membawakan tas dan apa saja yang bisa dia lakukan. Dia merelakanku dengan tetsan air matanya. Tapi aku bisa merasakannya, dia sangat sedih sama seperti aku yang sangat-sangat sedih. Tak lupa aku cium punggung tangan kanannya. Dia memelukku dan mencium lembut di pipi kanan dan kiriku. Dan itu yang sampai sekarang selalu aku tunggu dan aku rindukan. Punggung tangan wanita berumur 42 tahun yang mampu membuatku semangat untuk pulang kampung. Punggung tangannya memang sudah tidak mulus lagi, tapi ia sudah memenangkan hatiku. Itu yang selalu hatiku rindukan dan selalu hatiku tunggu. Dan aku juga tahu, punggung tangan wanita berumur 42 tahun itu juga selalu menunggu untuk dicium ketika kami kembali.
Aku menghormatinya lebih dari Spongebob menghormati Tuan Krab. Lebih dari Chopper dan kawan-kawan yang mengormati Luffy meskipun terkadang mereka suka semena-mena dengan Luffy. Dan lebih dari apapun. Semakin tua umurku, semakin aku mengerti siapa dia dan apa yang harus aku lakukan padanya. Mengormati saja tak cukup buatku, yang terpenting adalah selalu membuatnya senang dan bahagia. Membuatnya kecewa dan sedih apalagi menangis adalah neraka di dunia buatku.
---bersambung---
Itulah ocehan yang setiap pagi selalu kuterima ketika aku berada di rumah. Tak terhitung berapa kali ia sanggup berkata hal yang sama seperti itu setiap pagi. Tak pernah lelah ia ingatkan dan membangunkan meskipun harus lima kali. Memang akunya yang tidak tahu diri, kalau tidak dibangunkan tidak mau bangun padahal memang susah bangun. Tapi itu adalah ocehan favoritku saat ini, saat aku jauh darinya. Saat sudah sangat jarang aku mendengar keluar dari mulutnya. Ocehan yang selalu kurindu. Ocehan terhebat dan terindah yang pernah kudengar di dunia ini. Ocehannya ketika menyuruhku makan juga selalu sama. Mungkin aku yang terlalu suka mendengarnya kali ya, sampe-sampe dia nyuruh sarapan itu harus kurang lebih lima kali nyuruh dulu baru aku bangkit dan makan Uhh, aku sangat merindukannyaaa.
Ketika untuk pertama kalinya aku akan jauh darinya, dia mengantarku. Ketika aku akan pergi ke tempat tinggal baruku dia juga selalu ada, membawakan tas dan apa saja yang bisa dia lakukan. Dia merelakanku dengan tetsan air matanya. Tapi aku bisa merasakannya, dia sangat sedih sama seperti aku yang sangat-sangat sedih. Tak lupa aku cium punggung tangan kanannya. Dia memelukku dan mencium lembut di pipi kanan dan kiriku. Dan itu yang sampai sekarang selalu aku tunggu dan aku rindukan. Punggung tangan wanita berumur 42 tahun yang mampu membuatku semangat untuk pulang kampung. Punggung tangannya memang sudah tidak mulus lagi, tapi ia sudah memenangkan hatiku. Itu yang selalu hatiku rindukan dan selalu hatiku tunggu. Dan aku juga tahu, punggung tangan wanita berumur 42 tahun itu juga selalu menunggu untuk dicium ketika kami kembali.
Aku menghormatinya lebih dari Spongebob menghormati Tuan Krab. Lebih dari Chopper dan kawan-kawan yang mengormati Luffy meskipun terkadang mereka suka semena-mena dengan Luffy. Dan lebih dari apapun. Semakin tua umurku, semakin aku mengerti siapa dia dan apa yang harus aku lakukan padanya. Mengormati saja tak cukup buatku, yang terpenting adalah selalu membuatnya senang dan bahagia. Membuatnya kecewa dan sedih apalagi menangis adalah neraka di dunia buatku.
---bersambung---
0 komentar:
Posting Komentar