Kamis, 25 Juni 2015

Semoga Bunda di Sayang Allah




Bunda,


Saat kami bayi, engkau orang terakhir tidur setelah dunia lelap,
Bahkan boleh jadi tidak tidur, agar kami nyenyak.
Dan engkau pula yang pertama kali lihat saat terjaga.

Bunda,

Saat kami kanak-kanak, engkau orang terakhir yang putus rasa sabarnya,
Bahkan boleh jadi tidak pernah, walau orang-orang lain telah jengkel setengah mati.
Dan engkau pula yang pertama membesarkan hati.

Bunda,

Saat kami gagal, engkau orang terkahir yang berputus asa.
Bahkan boleh jadi tidak pernah, meski seluruh dunia sudah berhenti berharap.
Dan engkau pula yang pertama menghibur.

Bunda,

Saat kami sakit, engkau orang terakhir yang menemani,
Bahkan boleh jadi tidak pernah pergi, meski sekitar telah kembali sibuk.
Dan engkau pula yang pertama berbisik kabar kesembuhan.

Bunda,

Saat kami ragu-ragu, engkau orang terakhir yang hilang keyakinan.
Bahkan boleh jadi tidak pernah pergi, meski sekitar telah menyerah.
Dan engkau pula yang pertama berbisik tentang janji-janji.

Walaupun,

Saat kami bahagia, boleh jadi engkau orang terakhir yang tahu.
Bahkan boleh jadi benar-benar amat terlambat, karena alas an sibuk atau apalah.

Bunda,

Di antara bisik doa-doamu, sungguh terselip beribu nama kami.
Dan boleh jadi itulah yang membawa kami hingga seperti hari ini.
Engkau orang terakhir yang akan berhenti mendoakan kami.
Bahkan boleh jadi, tidak pernah berhenti, hingga akhir hayat.

Dan sungguh,
Engkau pula orang pertama yang mengucapkan kata Aamiin bagi kami.

Senin, 08 Juni 2015

HUJAN

Akhir-akhir ini di sini sering banget ujan. Gue mau tidur, hujan. Gue bangun, hujan. Gue mau keluar beli makan, hujan. Gue mau berangkat kuliah, hujan berenti. Di situ kadang gue merasa sedih. Tapi yang namanya hujan harus selalu disyukuri, karena kita tau sendiri kalau hujan itu adalah berkah dan rahmat dari Allah yang mungkin ada rezeki untuk kita dari setitik hujan yang turun dari langit itu. #TsahDalemSiapaYangNgajarinGue

Terinspirasi dari hujan yang sering menghampiri hari-hari gue saat ini, terciptalah tulisan satu ini. Ya, tentang suatu kisah yang terjadi saat Hujan. Gue suka banget salah satu quote-nya Bob Marley tentang hujan yang satu ini,


Jadi kalau ujan, kamu masuk golongan yang mana? Yang cuma basah aja, apa yang jadi baper? Kalau gue, dua-duanya. Kadang-kadang aja sih sebenernya.

Heeeemm di atas tadi udah gue sindir kalau gue bakal buat cerita yang gak tau kenapa gue suka banget sama cerita ini. Bukan kisah gue sih, ini pure dari khayalan gue dan sedikit terinspirasi dari kisah gue waktu masih bahagia sama kamu.Yeee ini mah sama aja dengan curhat~ Dan gue benci sama diri gue sendiri ketika gue inget kisah ini. #Abaikan

Sebut saja Dian, siswa SMA kelas XI yang sedang rajin-rajinya ikutan les sampe sore di sekolah cuma biar bisa ketemu (re: ngeliatin) kakak kelas XII (yang pasti laki-laki) yang juga ikut les karena wajib, sebut saja dia Diya.

Berikut adalah identitas Dian yang (tidak) detail,

Nama   : Dian Aja Boleh
Hobi    :  Kangen sama kamu
Motto  : -  Kurus amat, mas? Sini aku bahagiain.
              -  Negur aja gak berani, gimana mau ngajak poto bareng?


Yang satu ini, identitas Diya yang pasti juga sangat (tidak) detail,



       Nama  : Kayaknya Diya Leh Uga

       Hobi    : Jadi ganteng

      Motto   : Maaf, aku terlalu baik buat kamu.




Jadi cerita bermula saat.......

Hari senin sampe kamis Dian selalu rajin ikut les yang diadakan oleh sekolahnya secara rutin setiap akhir semester genap. Les ini hukumnya sunah untuk para siswa kelas X dan XI namun fardu'ain untuk siswa kelas XII dengan alasan untuk menghadapi ujian. Dengan dukungan dari orang tua dan adanya kakak kelas yang dikagumi dan disukai dan dijatuhcintai oleh Dian maka ikutlah Dian les ini.

Saat berangkat sekolah, jam istirahat, pulang sekolah, dan waktu lespun Dian selalu berdoa semoga bisa ngeliat si Diya. Moodnya akan langsung berubah kalau udah liat Diya. Seneng banget pokoknya, gak bisa diungkapin pake kata-kata. Masalah suka-sukaan ini hanya Dian dan beberapa temannya sajalah yang tau. Yap, Dian sedang berada dalam masalah suka diam-diam.

Suatu sore sepulang les yang mana cuacanya mendung, Dian sedang menunggu jemputan di depan sekolah. Dian sudah khawatir jikalau hari hujan dan jemputan belum juga datang. Teman-temannya perlahan habis meninggalkannya. Ada yang jalan kaki, bawa motor, dan dijemput duluan. Dian cuma bisa tersenyum melihat teman-temannya meninggalkannya dalam keaddaan mendung begini. Hari semakin sore dan jemputan pun belum datang. Langit pun semakin gelap, awan hitam pun semakin hitam. Hanya tinggal Dian dan beberapa orang yang sedang menunggu jemputan. Jalanan mulai sepi, dan parkiran sekolah pun mulai sepi.......

Eh wait wait wait!!!!....

Ternyata Dian menangkap sesosok yang Subhanallah ganteng banget (menurut Dian, liat aja potonya di atas) di parkiran. Dia sedang ngobrol sama seorang temannya. Ntah apa yang mereka obrolkan sampe hari sudah gelap dan semendung ini belum juga mau beranjak meninggalkan parkiran.

"Alhamdulillah rezeki anak soleh di sore hari dengan langit yang mendung begini. Adem banget." ucap Dian dalam hati setelah melihat penampakan Diya.
Tak mau lama-lama melihat ke arah parkiran, Dian kembali fokus menunggu jemputan dan tiba-tiba....

Eh wait wait wait!!!!....

Dian dikagetkan dengan sosok  yang tidak asing yang mendekatinya. Lengkap dengan helm dan jaket. Dan motor yang pasti.

"Kok kamu belum pulang?" Tanya Diya langsung yang membuat Dian breathless dan merasa sedang bermimpi.
"Hah?" jawab Dian bingung sambil menoleh ke kanan-kiri-belakang apakah ada orang lain yang diajak Diya ngobrol.
"Saya?" tanya Dian balik sambil menunjukkan jarinya ke dirinya sendiri.
"Iyalah kamu, siapa lagi? Kamu Dian anak IPA 3 kan? Kok belum pulang udah mau ujan gini?" kali ini Diya bertanya sambil ketawa kecil akibat tingkah Dian. Ya Allah ganteng banget!!!!
Aaaaaaaaaaaakkk ><
Dian gak tau harus seneng apa seneng banget dalam keadaan seperti ini. Baru pertama ini dia ngobrol sama orang yang dia sukai hampir dua semester. Dan sekalinya ngobrol, dia sudah tau siapa Dian. "Dian anak IPA 3" How could you know? You stalked me? Or you knew that I had like you for this long long long time? Lagi-lagi Dian ngobrol sama dirinya sendiri dalam hati.

"Hehe iya, kak. Saya Dian IPA 3. Ini lagi nunggu jemputan, kak. Gak tau nih gak dijemput-jemput padahal mau ujan." Dian menjelaskan apa yang terjadi padanya sambil sedikit gugup dan salah tingkah. Maklum.
"Yaudah yuk saya anter pulang aja. Nanti keburu gelep dan ujan kamu sendirian di sini. Rumah kamu di daerah Tanah Merah III, kan? Saya pernah liat kamu di situ." sebuah pertanyaan yang membuat Dian rasanya mau cari sumur dan jerit sekuat-kuatnya di lobang sumur.
"Hehe iya rumah saya di daerah situ, kak. Tapi saya gak bawa helm....."
"Udah tenang aja. Nanti saya gak pake helm juga. Biar kita sama."
What?!!!! Kitaaaa????!!!!!!
Damn, selain tau nama gue dia juga tau rumah gue.

"Yok buruan naik, nanti keburu ujan."
"Eeeeemmm iya, kak, iyaaaa...." Dian langsung duduk di belakang kakak tingkat yang paling dia kagumi itu dengan sedikit keraguan.
Ya Allah udah ganteng, pinter, baik bangeeeettt. Dian berasa mimpi bisa diboncengin Diya. Girls, what do yo feel if this happen to you, huh? Extremely amazing!

Perjalanan motor dari rumah Dian ke sekolah hanya 5 - 7 menit jika jalanan normal. Yah cukup dekat namun lumayan gempor untuk jalan kaki. Dan rumah Diya terletak di belakang sekolah. Yap, sangat dekat kalau jalan kaki. Namun harus muter-muter jika bawa kendaraan. Di perjalanan Dian dan Diya tidak banyak bicara. Namun tidak terlalu diam juga. Slow but sure lah haha. Senengnya Dian udah gak ketahan lagi.

Eh wait wait wait!!!!....
Hujan pun turun di tengah perjalanan. Diya pun langsung melipir ke pinggir jalan untuk berteduh sebentar karena hujan yang lumayan deras. Mereka berteduh di sebuah warung kecil yang kebeneran sedang tutup. Tidak hanya ada mereka di warung itu yang sedang berteduh. Dian benar-benar tidak menyangka akan melalui kisah seperti ini bersama orang yang sangat dan selalu ia kagumi. Hujan-hujanan bareng.

Ketika hujan sudah tidak terlalu deras lagi.....

"Kita mau lanjut?" tanya Diya.
"Heeemm terserah, kak. Boleh, kok. Kakak pake aja helmnya biar kepalanya gak keujanan." saran Dian dari hati, bukan sok perhatian.
"Ohiya, kamu mau pake helm?" tawar Diya balik.
"Hah enggak, kak. Kakak aja yang pake kan kakak yang bawa motor."
"Yaudah, kalo gitu kamu yang pake jaketnya, ya...." Diya melepaskan jaketnya dan memberikannya pada Dian.
"Eh gak usah kak gak usaaah. Kakak aja yang pakee. Rumah saya kan tinggal deket lagi." tolak Dian.
"Yaudah kalo gitu jaketnya dimasukin tas aja, ya." Diya pun memasukkan jaket yang baru saja ditawarkan ke Dian ke dalam tasnya.
 "Aaaaakk tasnya rapi bangeettt. Beda banget sama tas gueee!!!"  tanpa sengaja Dian melihat isi tas Diya saat Diya memasukkan jaketnya. Isi tas Diya emang rapi banget. Buku dari yang terbesar ke yang terkecil disusun dengan sangat teratur dengan buku yang paling besar berada paling belakang dan seterusnya. Kertas-kertaspun tak ada di dalam tasnya. Sangat-sangat berkebalikan dengan tasnya Dian.
"Loh kak kok jaketnya malah dimasukin ke tas?" tanya Dian penasaran.
"Ya kamunya gak mau pake. Masak saya pake kamu gak pake. Lebih baik kita berdua gak ada yang pake. Kan adil kalo gitu." Subhanallah! Dian speechless. The most 'not really romantic' words that Dian would ever not be forget.
"Hehehe......" Dian cuma bisa hehehe membalas ucapan Diya.
"Yaudah yok naik." Diya siap mengendarai motornya lagi dan yang pasti tanpa jaket dan helm masih tetap tidak dipakai.
Mereka berdua pun melewati jalan sambil hujan-hujanan meskipun hujannya gak terlalu deras. Tapi tetep aja basah.
"Dian, tolong pegangin kaca mata saya, ya. Kena air jadi susah nih ngeliat jalannya." Diya melepas dan memberikan kacamatanya pada Dian dan sambil terus mengendarai motor.
 Dian pun menerima kacamatanya dengan sangat-sangat senang hati dan merasa bersalah dan tidak enak hati.

Tak terasa sampailah di rumah Dian. Dengan sedikit basa-basi, Diya langsung pulang. Sebelum pulang, Diya memakai kembali jaketnya, menggunakan helm, dan yang pasti kaca matanya; thing that made Dian mad of him. Diya pun pulang dan hilang dari pandangan Dian dengan cuaca yang masih hujan. Dan baru kali ini Dian pulang sekolah tidak menangis karna tidak dijemput. Dan itu yang membuat Dian selalu baper ketika hujan turun.

And what happen with them later? It was secret.

---------------------------------------------

Selesai lah kisah gue. Haha. Gue senyum-senyum aja nih selama bikin ini cerita. Jujur, ini emang kisah gue ><

Selasa, 02 Juni 2015

Ketemu Idola (Part II)

Gue langsung kebangun denger kata-kata yang barusan diluncurin temennya temen gue itu. Gue pun langsung menanggapi,
"Tukeran gimana? Kita belum punya tiket apa-apa." Jelas gue.
"Tiba-tiba gue berubah pikiran, kayaknya kelasnya Raditya Dika penuh banget jadi kita mau ikutan kelas Digital Music-nya GAC aja. Jadi lorang ambilin kita tiket GAC aja terus tiket Radit kita buat kalian. Gimana?"
Tanpa pikir panjang gue langsung meng-iya-kan tawaran temen tiri gue itu. Bener-bener rezeki anak soleh, yah. Gue merasa bener-bener beruntung. Pas lagi mereka berdua dan gue juga berdua. Bener-bener pas bangett *joget hula-hula*

Siapa coba yang bakal nolak ditawarin tiket begituan aaaaaakkk. Mana lagi untuk dapetin tiket Digital Music itu gak antri karena sepi. Dengan semangat empatlapan gue langsung ngeregistrasiin kedua temen tiri gue dengan nama gue untuk ikutan kelasnya GAC. Dan daparlah tiket yang udah ada CAP GAC-nya!! Ulululululuuuuuu ~('0')~

Gue bener-bener kesetanan karena terlalu seneng.

Dan kita pun fix tukeran tiket. Sekarang gue udah gak berdua lagi, tapi berempat. Kita memutuskan untuk memilih tempat yang lebih baik untuk menunggu yaitu masjid UBL (Universitas Bandar Lampung) karena waktu yang masih menunjukkan pukul 11 kurang dikit. Goodbye antrian panjang. Gue pun meninggalkan semua dengan senang hati. Gue bener-bener bersyukur ><

Waktu dzuhur pun tiba dan gue dan temen gue langsung sholat. Setelah solat kami langsung lari-lari kecil menuju gedung berlantai 3 (kayaknya) tempat kelas berlangsung. Di tiket ditulis kalau kelas dimulai pukul 12.30. Gue dateng pukul 12.20 dan itu udah rame banget. Gak tau ada apa tiba-tiba orang-orang langsung ngumpul di depan pintu utama gedung. Gue bingung dan gue langsung narik tangan temen gue dan ikutan nyelip di antara kerumunan orang di depan pintu utama gedung. Gue megang tangan temen gue erat-erat. Gue gak mau pisah dari dia. Dan itu sangat-sangat padat. gue sama temen gue cuma bisa ketawa-ketawa. Itu adalah hal pertama yang gue dan kawan gue alamin sepanjang hidup, empet-empetan kek orang antri duit 2M.

Gue gak berada di barisan terdepan, gue ada di tengah-tengah. Tiba-tiba orang-orang di depan jerit-jerit histeris dan gue cuma bisa bengong sambil penasaran. Ada apaan tuh pikir gue. Apa Raditya Dika lewat? Gue lompat-lompat kecil untuk melihat apa yang terjadi. Tapi perjuangan gue sia-sia. Suara jeritan barisan terdepan makin histeris dan gue makin penasaran. Tapi gue tetep gak bisa apa-apa. Dan pintu utama pun belum terbuka juga. Ada banyak orang yang moto-moto keramaian yang terjadi lewat lantai atas. Dan ada seorang cewek yang mamerin tanda tangan Raditya Dika di kaca lantai atas. Apa banget itu orang!! Dan pintu pun masih belum terbuka.

Singkat cerita pintu dibuka dan aksi dorong-dorongan pun terjadi. Aaaaaaaakkk semua orang jerit-jerit gak jelas termasuk gue. Gue sih ngejerit karena gue kejepit diantara banyak orang. Gue kejepit sampe gue kurus. Dan ternyata gue memang kurus.  Gue tetep megang tangan temen gue dengan erat. Gue tarik-tarik dia sampe tanganny amau potel. Etapi bercanda. Pokoknya gue merasa liar banget. Dan ternyata bukan cuma gue, orang lain juga begitu. Perjuangan gak cuma sampe situ, menuju lantai 3 tempat diselenggarakan acara pun masih tetap jerit-jeritan dan dorong-dorongan.

Ketiga kelas diadakan di lantai 3 jadi gue lari-lari sambil dorong-dorongan dan sempit-sempitan menuju lantai 3. Sepatu gue sempet keinjek dari belakang tapi gue gapapa. Gue merasa kalau hari itu gue bener-bener memilih kostum yang tepat untuk acara semacam tawuran begini. Gue pake kaos kegedean, jins, sepatu kakak gue yang gue pake tanpa ijin, dan tas sampingan yang gak seberapa. Gue merasa bebas banget berkostum seperti ini dalam hal dorong-dorongan dan lari-larian begini. Gue gak kebayang kalau gue pake kebaya dan model jilbab yang dililit-lilitin sampe kecekek dalam situasi seperti ini. Ya lagian siapa juga yang mau berkostum begitu dalam aksi tawuran. Dan perjuangan pun gak sampe di sini aja.

Sesampainya di depan pintu kelas akan diadakan, aksi antri pun terjadi lagi. Gue udah gerah dan haus banget. Untung gue udah nyiapin minum dari rumah karena gue tau hal-hal yang seperti ini bakal terjadi. Di tengah antrian, gue melihat cewek nyeker yang megangin sendalnya karena sendalnya putus akibat terinjak-injak. Gue cuma nelen ludah aja ngeliatnya.

Aaaaaaakk gue gerah dan keringetann. Panas banget pokoknya. Ngos-ngosan lagi. Setelah sekian lama nunggu pintu dibuka, akhirnya pintu dibuka dan gue pun didorong-dorong lagi. Gue segera narik tangan temen gue dan langsung lari nyari tempat duduk terdepan yang bisa gue tempatin. Dan gue pun duduk di tempat yang lumayan strategis,

Nah di sinilah posisi gue. Gak depan-depan amat sih emang, tapi lumayan.
Nyesek banget ya ternyata bisa sedekat ini dan gue gak bisa ngapa-ngapain dia :'''
Yah mungkin inilah yang disebut dengan crowd went wild. Properti UBL banyak yang rusak gara-gara kejadian ini. Orang-orang liar semua sampe ada yang putus sendal. Gue merasa kali ini gue bener-bener berjuang. Kelas penuh banget. DAn gue yakin ini kelas penuh bukan karena mau ilmunya tapi cuma mau liat Raditya Dika-nya aja. Kalau gue sih, dua-duanya. HAHA.

Gue duduk dideket gerombolan anak-anak SMA yang berisik bangeeett. Mana lagi di samping gue anak SMA yang gendut yang suka ngegeser-geser gue tanpa permisi. Ya gue tau gue emang kurus tapi gue gak bisa diginiin #heleh. Kita duduknya lesehan, for your information.

Raditya masuk dan kelasnya makin berisik. Yang bisa gue simpulin dari mengikuti kelas ini adalah, yang disampaikan Radutya Dika adalah 20% materi dan 80% stand up comedy. Dari awal dia masuk udah bikin orang-orang ngakak. Dia diem aja bikin orang ngakak. Ternyata Raditya Dika itu lebih ganteng aslinya yah. Seger banget deh pokoknya ngeliatnya tapi ya tetep kecil ><

Di sesi pertanyaan, gue udah nunjuk-nunjuk dari awal sampe pertanyyaan terakhir. Pokoknya gue nunjuk udah lebay banget sampe berdiri-berdiri, sampe loncat-locat juga. Dan gue tetep gak diberi kesempatan </3 kurang apa gue di  mata lo, mz... Gue kecewa <///3

Tapi jangan sedih guys gue sempet selfie kok sama beliau :'''')))


Selfie yang amat anti-mainstream, bukan? Maafkan muka gue yang agak alay dan pipi gue yang mengandung baking powder. Tolong maafkan banget ><

Dan ada lagi satu foto selfie gue yang sebenernya gak mau gue publish ke khalayak ramai. Tapi buat pembaca setia blog gue (iyanya kek ada aja) gue kasih spesial buat kalian semua,

Abaikan pipi gue~
Kelas cuma berlangsung satu setengah jam, dan ternyata itu sebentar banget. Coba aja kuliah rasanya kek begini. Gue makin kecewa. </3

gue ketemu temen gue lagi yang ketemu waktu gue baru dateng. Ternyata dia gak dibolehin masuk ke kelas Raditya Dika karena kelasnya udah penuh. Padahal dia udah dapet tiketnya dari kemarennya. Dan gue pun ketawa kecil. Temen macam apa gue ini!

Selesai kelas gue langsung pulang dan makan siang karena gue dan temen gue kelaperan. Dan gue sama sekali gak nyesel dan gak kecewa atas apa yang terjadi hari itu ><

Ketemu Idola (Part I)

Dua hari yang lalu gue ketemu sama salah satu penulis Indonesia favorit gue, Raditya Dika.
Ulululululululuuuuuuu ~('0')~
Gue seneng. Seneng banget. Meskipun ada kecewanya juga </3

Jadi guys di post kali ini gue bakal nyeritain pengalaman dan perjuangan gue ketemu (lebih tepatnya ngeliat) Raditya Dika!!

--------------------------------------------------------------

Sore hari di tanggal 30 Juni 2015 hari Sabtu kemaren, gue di-mention temen gue yang kurang-lebih seperti ini twit-nya,


Gue langsung syok setelah baca mention temen gue itu. Karena kurang percaya, gue langsung buka akun twitter Raditya Dika. Dan ternyata bener! Aaaaaaakk gue makin syok. Segera gue bales mention temen gue dengan ucapan terimakasih.

"Gue harus ikutan! Apapun yang terjadi gue harus ikutan! Hujan badai bakal gue terjang! Kapan lagi kan Raditya Dika dateng ke kota tempat gue tinggal sekarang!!" Gue ngomong sama diri sendiri kayak orang kesetanan.
Jiwa gue udah semangat banget memikirkan apa yang bakal terjadi besok. Secara gitu ya, Universitas Bandar Lampung itu deket banget sama kampus gue. Jadi ya akan sangat sangat disanyangkan jika gue gak ikutan.Dan belum tentu juga kan itu Raditya Dika bakal ke sini lagi.

Singkat cerita gue berhasil ngajak satu temen gue untuk nemenin gue. Sebelum dia mau nemenin gue, dia udah gue suruh berjanji untuk selalu nemenin gue di sana apapun yang terjadi. Sampe jam berapapun dia harus nemenin. Dan antri sampe sepanjang apapun dia juga harus tetep di samping gue. Dan dia pun meng-iyakan permintaan gue.

Lah ini gue yang minta bantuan kenapa gue yang banyak permintaan ya. Gue memang aneh. Untung-untung dia mau.

Tujuan Raditya Dika ke Bandar Lampung adalah untuk mengisi kelas atau menjadi mentor Digital Video yang diselenggarakan oleh Loop Kepo (kalau gak salah sih begini namanya, gue gak terlalu peduli yang penting gue ketemu ngeliat ni orang). Gue mah ngerasa bodo amat sama materi yang bakal dia sampein, yang penting adalah gue ketemu ngeliat dia. Tanpa berpikir panjang gue langsung semangat untuk ikutan ini kelas. Sebelumnya, gue kehabisan golden ticket yang disediakan oleh panitia. Gue sempet sedih. Tapi sedihnya gak lama karena ada juga on the spot ticket yang disediakan oleh panitia cuma dapetinnya itu ya harus antri pas hari-H. Gue rada sedih dikit lagi.

Keesokan harinya, jam 10 gua ke TKP dan ternyata di sana super-super crowd. Dan pala mata gue langsung kemana-mana nyari cowok ganteng. Open gate-nya sebenernya jam 9, cuma karena gue banyak urusan di rumah, jadi gue bisa dateng jam 10. Memasuki gate dan melihat keramaian yang ada, gue dan temen gue langsung bertanya ke mbak-mbak Loop-nya di mana gue harus dapetin tiket OTS-nya kelas Raditya Dika. Si mbak-mbak langsung ngasih tau gue dengan syarat gue harus tanda tangan di sebuah banner gede dan selfie. Gue pun langsung menolak dan langsung menuju ke arah yang mbak tadi tunjukin ke gue. DAn gue ketemu temen kuliah gue yang lagi poto-poto sama temen-temennya. Dia bilang kalau dia udah dapet tiket dari kemaren di kasih temennya, dan sekarang dia tinggal nunggu kelas dibuka aja. Dan gue pengen </3

Pas udah sampe di tempat, ada 3 tenda registrasi. Ketiga tenda tersebut adalah tenda registrasi Digital Writing Class (mentornya adalah Pandjie), Digital Music Class (mentornya GAC), dan registrasi Digital Video Class (mentornya gak perlu gue sebutin lagi). Dan itu sepi semua. Filing gue pun sedikit gak enak. Gue langsung menuju tenda registrasi Digital Video Class. Dan ternyata filing gue bener! Si mas-mas Loop-nya bilang kalau tiket Raditya Dika-nya udah abis karna udah rame banget yang ikut. Nafsu gue buat ngapa-ngapain langsung ilang. Terus mas-masnya ngomong lagi kalau jam 11 bakal dibuka lagi registrasi Raditya Dika-nya dan gue disuruh antri karena kuotanya terbatas. Tapi itu belum pasti juga karena hal tersebut masih dipertimbangkan. Nafsu gue buat ngapa-ngapain rada baikan lagi. Gue diem. Temen gue juga diem. Kita berdua diem-dieman. Lalu kita berdua berubah jadi emas.

Setelah diem-dieman yang cukup lama, akhirnya gue dan temen gue memutuskan dalam kediaman untuk ngantri. Waktu menunjukkan pukul 10.20. Dan jam 11.00 masih 40 menit lagi.Gue sama temen gue duduk di deket tenda registrasi. Sambil menghabiskan waktu 40 menit yang sangat lama, gue pun tidur dan kawan gue ngebangun piramid. Dua menit kemudian gue bangun dan piramid temen gue gak jadi karena gue bohong. Gue mulai mengeluh.
"Kalau tiket Dika-nya abis kita ikutan yang Digital Writing aja yaa. Gue takut gak dapet nih yang Digitral Video. Sebenernya gue lebih tertarik sama yang Digital Writing cuma Raditya Dika-nya lebih menarik. Coba aja dia mentor Digital Writing-nya yaaa. Bayar gak bayar pasti gue ikutan!" eluh gue sama temen gue sambil memberikan rencana baru.
Karena status temen gue yang cuma nemenin, dia setuju-setuju aja sama yang gue rencanain. Waktu semakin berjalan dan gue beneran tidur sambil berdoa supaya bisa ikutan kelasnya Raditya Dika. Tiba-tiba temen gue manggil seseorang dan yang pasti temen gue kenal sama orang yang dia panggil. Dan temennya temen gue pun menoleh dan segera menghampiri kami. Segala macem basa-basi pun diluncurkan dengan mulus. Temen gue pun menceritakan semuanya. Dan tanpa diduga-duga temennya temen gue itu bilang,
"Lo mau tukeran tiket gak sama gue?"

 
Chamber of Secret Blogger Template by Ipietoon Blogger Template